Logo

Kabar Menarik

Kasus ISIS, Bahan Instropeksi NU dan Muhammadiyah

Munculnya ISIS atau Islamic State of Iraq and Syria yang mengundang reaksi keras dari berbagai kalangan hendaknya menjadi bahan koreksi dan instropeksi organisasi-organisasi sosial keagamaan tentang kiprah mereka dalam membina umat di lingkungan masing-masing.

KH Zahrul Azhar Asumta menyampaikan pandangan itu dalam kegiatan “Muhasabah dan Konferensi Pers Tokoh Lintas Agama, Mahasiswa dan Seluruh Elemen Masyarakat Jombang” terhadap ISIS di Indonesia. Acara ini dilangsungkan di Kampus Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Peterongan Jombang Jawa Timur Senin (11/8).

“Kita harus muhasabah atau mengoreksi kegiatan-kegiatan kita, yakni jam’iyah Islam mainstream di Indonesia seperti NU dan Muhamadiyah apakah sudah menyentuh dan menjawab dari permasalahan keumatan di Indonesia,” kata salah seorang pimpinan di Unipdu ini.

Karena, jika kegiatan kita sudah memenuhi kebutuhan ruhani masyarakat dan memberikan manfaat yang memadai, maka paham apapun yang bertentangan dengan Ahlussunnah wal Jamaah dan ajaran agama pasti akan susah masuk di Indonesia, lanjutnya.

Dalam pandangan pria yang akrab disapa Gus Hans ini, ISIS jelas telah melakukan kerusakan secara fisik terhadap semua yang tidak sepaham dengan mereka. Walaupun sama-sama mengusung khilafah dan anti terhadap Pancasila akan tetapi kelompok lain seperti HTI atau yang sejenisnya gerakannya masih dalam wacana dan penyampaian gagasan serta melalui dialog yang gigih kepada pihak lain.

“Harusnya kita iri dengan militansi dan ketangguhan sebagian kelompok tersebut dan tidak menggunakan kekerasan dalam meyakinkan kelompok lain,” terangnya.


Melarang Kelompok Anti Pancasila

Terlepas dari itu semua, salah seorang jajaran pengasuh di Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang ini juga menandaskan bahwa keberadaan ISIS yang sudah sangat terang-terangan melakukan kekerasan, maka hal itu harus ditolak.

“Pada saat yang sama, kita mendesak amir atau pemerintah untuk bersikap tegas terhadap keberadaan embrio ISIS di Indonesia,” katanya disambut aplaus hadirin. Baginya, untuk ormas makar yang tidak berideologi Pancasila mestinya sudah dilarang untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia karena telah melakukan tindakan subversif, lanjutnya.

Pendeta Eddy Kusmayadi, Ketua Badan Kerjasama Antar Gereja (BKSG) Jombang menyatakan, ideologi ISIS sangat bertentangan dengan Pancasila. Sehingga, kata Edy, keberadannya masuk ke Indonesia sudah selayaknya ditolak. “Jika ada ormas yang tidak mau mengakui Pancasila, maka harus kita tolak,” tuturnya.

Ketua PCNU Jombang, KH Isrofil Amar berpendapat serupa. Namun demikian, hingga saat ini ia belum mencium masuknya ISIS di Jombang. Untuk tindakan lebih konkret, kata Kiai Isrofil, pihaknya masih menunggu komando dari PBNU. Dia juga menegaskan bahwa NU menolak keras ormas yang bersimpang jalan dengan Aswaja dan Pancasila.

“Untuk tindakan konkret, kami masih menunggu komanda dari PBNU. Yang pasti, kami menolak ormas yang tidak mengakui Pancasila, seperti yang diusung ISIS. Karena bagi kami NKRI adalah harga mati,” tegasnya.

Usai para pemuka agama memberikan pandangan, kegiatan ditutup dengan doa yang dipimpin Kiai Isrofil Amar. Dan sejumlah poster yang menolak keberadaan ISIS, secara bersama-sama dibakar di halaman kampus Unipdu. Para peserta juga menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai komitmen terhadap keberadaan NKRI.

Selain PCNU dan BKSG, dalam forum tersebut dihadir sejumlah ormas lain. Diantaranya, GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan), INTI (Indonesia Tionghoa), serta JGD (Jaringan Gusdurian) Jatim. “Kami yakin, gerakan ISIS sudah masuk ke Jombang. Pintu masuknya, lewat kecamatan yang selama ini menjadi basis JAT (Jamaah Ansharut Tauhid),” tandas Koordinator JGD Jatim, Aan Anshori. (Syaifullah/Mahbib)

Document